Kemarin sore (Kamis, 3 April 2014) saya nonton acara “Hitam Putih” di trans7. Salah satu bintang tamu acara
talk show
yang dipandu oleh Dedy Corbusier ini adalah seorang penderita tunarungu
(tuli). Namanya Nathania Tifara, usia 25 tahun. Masih muda, cantik,
pintar dan berprofesi sebagai seorang desainer grafis.
Namun yang membuat saya kagum bukan karena kisah perjuangan hidupnya
sebagai seorang penderita tunarungu yg mampu lulus dengan nilai
cumlaude. Saya justru tertarik dan kagum dengan
alat bantu pendengaran yang dia gunakan. Menurut saya alatnya itu canggih banget!....
Jadi, Nathania sudah tidak bisa mendengar (tuli total) sejak lahir.
Katanya akibat Radang Selaput Otak. Kemudian diusia 4 tahun, orang tua
Nathania membawanya ke Amerika untuk melakukan operasi pemasangan alat
bantu mendengar yang bernama
Cochlear Implant. Sejak itu Nathania pun akhirnya bisa mendengar.
Cochlear Implant bukan alat bantu pendengaran biasa seperti
Hearing Aid. Kalau
hearing aid
fungsinya hanya membantu orang yang kemampuan pendegarannya sudah
berkurang. Seperti yang biasa terjadi pada orang yang sudah tua
(lansia). Sedangkan Cochlear Implant digunakan bagi orang yang memang
sama sekali tidak bisa mendegar (tuli total).
Kalau
hearing aid cuma terdiri dari satu alat saja yang ditempel
di telinga. Tapi kalau Cochlear Implant terdiri dari dua bagian. Ada
yang di bagian luar yang ditempel di telinga seperti
hearing aid,
dan ada yang di tanam (diimplan) di dalam kepala. Tepatnya di bawah
kulit kepala, dekat telinga. Alat yang diimplan ini mengadung magnet.
Katanya orang yang tuli itu tidak memiliki fungsi telinga bagian dalam.
Karena itu alat yang ditanam dalam kepala itulah yang berfungsi sebagai
gantinya. Alat ini yang akan mengubah suara menjadi energi listrik untuk
merangsang nervus koklearis mengirim sinyal suara ke otak.
Sementara alat bagian luar (eksternal) yang dipasang di kuping fungsinya
mirip seperti mikrofon. Yaitu untuk menangkap gelombang suara kemudian
diproses menjadi sinyal elektrik lalu diteruskan ke alat yang ditanam di
dalam kepala. Alat yang diluar ini bisa dilepas dan dipasang dengan
mudah karena menggunakan magnet.
Seperti yang ditunjukkan di acara Hitam Putih, update-an terbaru dari
alat ini (Cochlear Implant) juga bisa dikoneksikan dengan smartphone.
Jadi kalau mau dengarin musik lewat smartphone, tinggal dikoneksikan aja
lewat kabel. Katanya alat ini juga bisa diseting untuk fokus pada suara
tertentu ketika sedang berada di ruang yang bising. Mirip
fitur Audi Zoom pada kamera LG G2.
Alat bantu mendegar ini pastinya sangat dibutuhkan oleh para penderita
tunarungu. Dengan bantuan Cochlear Implant mereka tidak perlu lagi
menggunakan bahasa isyarat untuk berkomunikasi. Tapi sayang, alat ini
harganya cukup mahal. Katanya lebih dari 200 juta rupiah. Sangat beda
jauh dengan hearing aid yang harganya cuma ratusan ribu rupiah.
Berita baiknya, alat bantu mendengar yang canggih bagi penderita
tunarungu ini sudah ada di Indonesia. Jadi nggak perlu lagi ke Amerika,
seperti yang dilakukan Nathania Tifara, 21 tahun yang lalu.
LINK