Kabupaten Lumajang - SMPLB BHKATI WANITA LUMAJANG

Minggu, 18 Januari 2015

Methode Penanganan Terbaik Untuk Tuna Rungu



 Dengan stimulasi yang tepat ternyata penyandang tuna rungu dapat mendengar dan berbicara normal. Inilai keahlian yang ditekuni salah seorang alumni Australia, Sinta Nursimah, seorang ibu asal Surabaya Jawa Timur.
Ibu Sinta Nursimah menceritakan kepada Iffah Nur Arifah dari ABC Internasional mengapa dia sampai pergi ke Australia untuk menekuni methode penanganan terbaik untuk mereka yang tuna rungu.
Dikatakannya pada tahun 1996 akhir, waktu itu anaknya yang masih berusia 1 tahun lebih, didiagnosa mengalami gangguan pendengaran atau tuna rungu tingkat yang sangat berat, itu berarti anaknya tidak bisa mendengar suara dan bunyi, meski suara atau bunyi itu sangat keras. Bahkan sekali pun suara dan bunyi itu diletakkan di dekat telinganya dia tidak mampu mendengar.
Dari diagnose itu Sinta Nursimah rajin cari informasi tentang strategi penanganan anak tuna rungu. Tekad besar inilah yang membawa Siti Nursimah menemukan apa yang dinamakan metode Auditory Verbal Theraphy atau AVT.
Cerita ibu Sinta Nursimah selengkapnya dapat dikuti lewat audio yang tersedia.   LINK

Alat Bantu Pendengaran Canggih Untuk Orang Tuli (Tunarungu)



Kemarin sore (Kamis, 3 April 2014) saya nonton acara “Hitam Putih” di trans7. Salah satu bintang tamu acara talk show yang dipandu oleh Dedy Corbusier ini adalah seorang penderita tunarungu (tuli). Namanya Nathania Tifara, usia 25 tahun. Masih muda, cantik, pintar dan berprofesi sebagai seorang desainer grafis.


Namun yang membuat saya kagum bukan karena kisah perjuangan hidupnya sebagai seorang penderita tunarungu yg mampu lulus dengan nilai cumlaude. Saya justru tertarik dan kagum dengan alat bantu pendengaran yang dia gunakan. Menurut saya alatnya itu canggih banget!....



 Jadi, Nathania sudah tidak bisa mendengar (tuli total) sejak lahir. Katanya akibat Radang Selaput Otak. Kemudian diusia 4 tahun, orang tua Nathania membawanya ke Amerika untuk melakukan operasi pemasangan alat bantu mendengar yang bernama Cochlear Implant. Sejak itu Nathania pun akhirnya bisa mendengar.

Cochlear Implant bukan alat bantu pendengaran biasa seperti Hearing Aid. Kalau hearing aid fungsinya hanya membantu orang yang kemampuan pendegarannya sudah berkurang. Seperti yang biasa terjadi pada orang yang sudah tua (lansia). Sedangkan Cochlear Implant digunakan bagi orang yang memang sama sekali tidak bisa mendegar (tuli total).

Kalau hearing aid cuma terdiri dari satu alat saja yang ditempel di telinga. Tapi kalau Cochlear Implant terdiri dari dua bagian. Ada yang di bagian luar yang ditempel di telinga seperti hearing aid, dan ada yang di tanam (diimplan) di dalam kepala. Tepatnya di bawah kulit kepala, dekat telinga. Alat yang diimplan ini mengadung magnet.






Katanya orang yang tuli itu tidak memiliki fungsi telinga bagian dalam. Karena itu alat yang ditanam dalam kepala itulah yang berfungsi sebagai gantinya. Alat ini yang akan mengubah suara menjadi energi listrik untuk merangsang nervus koklearis mengirim sinyal suara ke otak.



 Sementara alat bagian luar (eksternal) yang dipasang di kuping fungsinya mirip seperti mikrofon. Yaitu untuk menangkap gelombang suara kemudian diproses menjadi sinyal elektrik lalu diteruskan ke alat yang ditanam di dalam kepala. Alat yang diluar ini bisa dilepas dan dipasang dengan mudah karena menggunakan magnet.

Seperti yang ditunjukkan di acara Hitam Putih, update-an terbaru dari alat ini (Cochlear Implant) juga bisa dikoneksikan dengan smartphone. Jadi kalau mau dengarin musik lewat smartphone, tinggal dikoneksikan aja lewat kabel. Katanya alat ini juga bisa diseting untuk fokus pada suara tertentu ketika sedang berada di ruang yang bising. Mirip fitur Audi Zoom pada kamera LG G2.



 
Alat bantu mendegar ini pastinya sangat dibutuhkan oleh para penderita tunarungu. Dengan bantuan Cochlear Implant mereka tidak perlu lagi menggunakan bahasa isyarat untuk berkomunikasi. Tapi sayang, alat ini harganya cukup mahal. Katanya lebih dari 200 juta rupiah. Sangat beda jauh dengan hearing aid yang harganya cuma ratusan ribu rupiah.
Berita baiknya, alat bantu mendengar yang canggih bagi penderita tunarungu ini sudah ada di Indonesia. Jadi nggak perlu lagi ke Amerika, seperti yang dilakukan Nathania Tifara, 21 tahun yang lalu.     LINK